JAKARTA – Perbedaan penentuan awal puasa atau 1 Ramadan bukanlah kali ini saja terjadi.
Mulai besok, kalangan Muhammadiyah akan mulai berpuasa. Ini lebih cepat
satu hari, jika pada sidang isbat pemerintah memutuskan bahwa 1 Ramadhan
jatuh pada tanggal 21 Juli 2012.
Akar perbedaan itu terletak pada metode. Muhammadiyah menggunakan
metode hisab, sementara pemerintah yang mengggunakan metode rukyat.
Mengapa Muhammadiyah memilih metode hisab? Pilihan itu berakar pada
pandangan bahwa rukyat tidak dapat memberikan suatu penandaan waktu yang
pasti dan komprehensif. Dan karena itu tidak dapat menata waktu
pelaksanaan ibadah umat Islam secara selaras di seluruh dunia.
Menurut Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Prof.Dr.Syamsul Anwar,MA dalam tulisannya yang dipublikasikan oleh
www.muhammadiyah.or.id hisab yang dipakai Muhammadiyah adalah hisab
wujud al-hilal.
Dengan metode ini, awal bulan baru Qamariah baru dimulai apabila
telah terpenuhi tiga parameter: telah terjadi konjungsi atau ijtimak,
ijtimak itu terjadi sebelum matahari terbenam, dan pada saat matahari
terbenam bulan berada di atas ufuk.
Muhammadiyah memilih metode hisab karena, pertama, ada ayat Al-Qur’an
yang mendorong manusia melakukan perhitungan atas peredaran matahari
dan bulan yang beredar secara pasti..
Kedua, bila pada masa Nabi Muhammad digunakan metode rukyat, itu
karena umat zaman Nabi tidak kenal baca tulis dan tidak memungkinkan
melakukan hisab.
Di kalangan ulama pendukung metode hisab juga dikenal hukum yang
menyebutkan jika sudah ada ahli hisab, maka metode rukyat tidak berlaku
lagi.
Ketiga, dengan rukyat umat Islam tidak bisa membuat kalender. Rukyat
tidak dapat meramal tanggal jauh ke depan karena tanggal baru bisa
diketahui pada H-1.
Keempat, rukyat tidak dapat menyatukan awal bulan Islam secara
global. Sebaliknya, rukyat memaksa umat Islam berbeda memulai awal bulan
Qamariah, termasuk bulan-bulan ibadah. Hal ini karena rukyat pada
visibilitas pertama tidak meng-cover seluruh muka bumi. Pada hari yang
sama ada muka bumi yang dapat merukyat tetapi ada muka bumi lain yang
tidak dapat merukyat.
Kelima, jangkauan rukyat terbatas, hanya bisa diberlakukan ke arah
timur sejauh 10 jam. Orang di sebelah timur tidak mungkin menunggu
rukyat di kawasan sebelah barat yang jaraknya lebih dari 10 jam.
Akibatnya, rukyat fisik tidak dapat menyatukan awal bulan Qamariah di
seluruh dunia karena keterbatasan jangkauannya.
Keenam, rukyat menimbulkan masalah pelaksanaan puasa Arafah. Bisa
terjadi di Makkah belum terjadi rukyat sementara di kawasan sebelah
barat sudah, atau di Makkah sudah rukyat tetapi di kawasan sebelah timur
belum. Sehingga bisa terjadi kawasan lain berbeda satu hari dengan
Makkah dalam memasuki awal bulan Qamariah.
Hal ini dapat menyebabkan kawasan ujung barat bumi tidak dapat
melaksanakan puasa Arafah karena wukuf di Arafah jatuh bersamaan dengan
hari Idul Adha di ujung barat itu. Kalau kawasan barat itu menunda masuk
bulan Zulhijah demi menunggu Makkah padahal hilal sudah terpampang di
ufuk mereka, ini akan membuat sistem kalender menjadi kacau balau.
(JIBI/yus/sae)
http://www.kabar24.com/index.php/muhammadiyah-ini-alasan-mengapa-puasa-lebih-cepat/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar