Kamis, November 06, 2014

Borax


Apa itu Borax (Boraks)?
Boraks merupakan garam Natrium Na2 B4O7 10H2O yang berbentuk serbuk kristal putih dengan karakteristik tidak berbau, dapat larut dalam air dan tidak larut dalam alkohol serta mempunyai PH: 9,5. Sebenarnya penggunaan boraks sudah dilakukan sejak zaman dahulu namun bukan untuk makanan. Di China, banyak digunakan dalam pembuatan peralatan dari porselin untuk memperbaiki struktur atau penampilan. Di Mesir, digunakan untuk pengawet mayat. Saat ini, boraks banyak digunakan pada kosmetik sebagai antimicrobial, pada sabun, dan bedak untuk tujuan tertentu serta banyak digunakan dalam berbagai industri non pangan khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Gelas pyrex yang terkenal dibuat dengan camera boraks.
Senyawa kimia ini bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso dan ketupat yang jika digigit akan terasa lebih kenyal, atau kerupuk yang bila digigit terasa lebih renyah. Boraks biasanya dijual di toko bahan kimia yang berbentuk seperti gula pasir atau penyedap rasa.

 
Penggunaan Borax (Boraks) dalam industri kerupuk puli dan mie
Tahukah Anda bahwa dalam produk-produk makanan tertentu terutama makanan yang sangat digemari baik oleh orang dewasa maupun anak-anak seperti bakso, mie, kerupuk dan tahu banyak mengandung bahan tambahan yang berbahaya bagi kesehatan seperti boraks dan formalin? Dan jika memang bahan tersebut berbahaya, mengapa masih banyak pelaku industri makanan yang menggunakannya? Ada beberapa alasan atas penggunaan bahan-bahan tersebut tak lain karena penggunaan boraks dalam makanan seperti bakso akan membuat bakso menjadi kenyal, membuat kerupuk menjadi renyah dan cepat mengembang ketika digoreng serta mempunyai tekstur yang menarik serta membuat tahu dan mie lebih tahan lama. Selain alasan hasil produk makanan yang bagus, faktor-faktor lain yang membuat banyaknya pelaku usaha makanan menggunakan boraks adalah harga yang murah serta rendahnya kesadaran masyarakat akan bahaya boraks bagi kesehatan.

Boraks sejak lama telah digunakan masyarakat untuk pembuatan gendar nasi, kerupuk gendar, atau kerupuk puli yang secara tradisional di Jawa disebut “Karak” atau “Lempeng”. Disamping itu boraks digunakan untuk industri makanan seperti dalam pembuatan mie basah, lontong, ketupat, bakso bahkan dalam pembuatan kecap. Jika kerupuk tidak pakai boraks biasanya kerupuk akan menjadi bantat dan tidak mekar sehingga bentuknya jelek serta tidak menarik. Sedangkan untuk industri mie akan membuat tekstur mie menjadi lebih baik, lebih elastis, lebih kenyal serta tidak mudah putus.
Bagi masyarakat awam mungkin agak sulit untuk membedakan mana kerupuk yang memakai boraks dan tidak. Biasanya jika teksturnya bagus dan renyah biasanya kerupuk itu mengandung boraks. Meskipun demikian, sebetulnya kandungan boraks tersebut bisa dirasakan oleh lidah kita yaitu adanya suatu rasa yang agak getir atau pahit yang tertinggal di mulut setelah mengkonsumsi beberapa kali kerupuk atau makanan tersebut.
Mengkonsumsi boraks dalam makanan tidak secara langsung berakibat buruk, namun sifatnya terakumulasi (tertimbun) sedikit-demi sedikit dalam organ hati, otak dan testis. Boraks tidak hanya diserap melalui pencernaan namun juga dapat diserap melalui kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh dalam jumlah kecil akan dikeluarkan melalui air kemih dan tinja, serta sangat sedikit melalui keringat. Boraks bukan hanya menganggu enzim-enzim metabolisme tetapi juga menganggu alat reproduksi pria.
Boraks yang dikonsumsi dalam jumlah yang cukup tinggi dapat menyebabkan gejala pusing, muntah, mencret, kejang perut, hilang nafsu makan, demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, hingga kematian.
Peraturan Pemerintah terhadap penggunaan Borax (Boraks)
  • Pemerintah telah melarang penggunaan boraks sebagai bahan makanan per Juli 1979, dan dimantapkan melalui SK Menteri Kesehatan RI No 733/Menkes/Per/IX/1988
  • Boraks juga telah dimasukkan sebagai bahan tambahan yang dilarang (PERMENKES NO. 722/Menkes/Per/IX/1988 dan revisinya pada No.1168/Menkes/Per/X/1999) yang mengatur penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang di dalamnya ada 27 golongan BTP
  • Pelarangan boraks oleh pemerintah melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melalui UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan
Alternatif pengganti boraks untuk industri kerupuk puli dan mie
Menanggapi masalah atas penggunaan boraks yang berbahaya di masyarakat luas, saya telah melakukan serangkaian test dan uji coba selama lebih dari 4 tahun guna menemukan formula atau alternatif untuk pengganti bleng yang mengandung boraks.
Saat ini telah tersedia bahan tambahan pangan pengembang (BTPP) yang sangat aman bagi kesehatan karena semua bahan-bahannya 100% food grade dan TIDAK mengandung BORAX. BTPP ini telah dites oleh Badan POM dan telah disertifikasi sebagai yang PERTAMA dan satu-satu nya BTPP di Indonesia yang 100% food grade tanpa mengandung BORAX.
Beberapa keunggulan dari BTPP saya adalah:
– 100% food grade non-Borax.
– membuat kerupuk lebih renyah.
– membuat kerupuk lebih mekar dan besar.
– membuat kerupuk lebih putih bersih dan tidak terlihat kusam setelah digoreng.
– membuat mie tahan lebih lama karena biasanya mie yang dibuat pada pagi hari maka sore nya mie akan berubah warna dan tidak fresh lagi. Dengan BTPP ini mie dapat disimpan hingga besok pagi dan tetap fresh.
– memberikan warna kuning alami yang cantik pada mie (TANPA menggunakan pewarna makanan)
– Lolos uji BPOM dan fully certified.

http://antiborax.wordpress.com/2011/04/19/borax-boraks-dalam-industri-kerupuk-puli-dan-mie-serta-pengganti-nya/

Tidak ada komentar: